headd

Tampilkan postingan dengan label kebudayaan kuningan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kebudayaan kuningan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 April 2012

CULTURE - Tari Buyung



Dear, kali ini aku akan membahas tentang Tari Buyung. Kenapa? karena di posting sebelumnya aku membahas tentang Upacara Seren Taun, dalam upacara tersebut ada sebuah tarian yang sangat unik dan sangat interesting bagi aku yaitu Tari buyung. Menurut Ibu Emalia Djatikusumah, seorang koreografer yang berdomisili di Cigugur, tarian ini memiliki gerak lembut dan nuansa alam di kala bulan purnama mengilhami lahirnya karya cipta tari yang mengisahkan gadis desa yang turun mandi dengan teman-temannya dan mengambil air di pancuran Ciereng dengan buyung. .Buyung itu sendiri adalah alat yang terbuat dari logam maupun tanah liat yang digunakan alat yang terbuat dari logam maupun tanah liat yang digunakan oleh sebagian wanita desa pada zaman dulu untuk mengambil air di sungai, danau, mata air, atau di kolam.


(Gambar : Buyung terbuat dari tanah liat)

(Gambar : Tari Buyung)

Setiap gerakan dalam tari Buyung memiliki makna yang tersirat. Menginjak kendi sambil membawa buyung di kepala (nyuhun) erat relevansinya dengan ungkapan “di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung”. membawa buyung di atas kepala sangat memerlukan keseimbangan. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan ini perlu adanya keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Pergelaran tari buyung dengan formasi Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung, Medang Kamulan, dan Nugu Telu memiliki makna yang menyiratkan bahwa masyarakat petani Sunda adalah masyarakat yang religius. Tuhan diyakini sebagai Kausa Prima dari segala asal-usul sumber hidup dan kehidupan. Sementara manusia merupakan mahluk penghuni bumi yang paling sempurna di antara mahluk-mahluk ciptaan Tuhan lainnya.


Alam penuh dengan energi. Alam selalu bereaksi dengan tingkah laku manusia, dan ikut mempengaruhi karakter manusia. Eksistensi dalam alam makrokosmos dilihat sebagai sesuatu yang tersusun secara hierarkis. Sehingga, secara moral manusia dituntut untuk menyelaraskan hidupnya dengan alam, yaitu antara mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam raya) untuk membuahkan kesadaran mengenai penghayatan iman terhadap keagungan Tuhan Sang Maha Pencipta. Itulah makna yang tersirat dalam tari buyung.

Kamis, 12 April 2012

CULTURE - Upacara Seren Taun

         
Hi :) kali ini akku akan memebahas tentang kebudayaan asli sunda, kebetulan aku ada turunan sunda loh dear, yaa ibu aku dari sunda dan ayah aku asli jawa, jadi sunda jawa gitu :D. Di kampung halamanku sendiri ada banyak kebudayaan yang menarik, salah satunya yaitu upacara Seren Taun. Awal mula ku mengetahui upacara ini adalah ketika SMA, salah satu paman aku memainkan sebuah film drama lokal yang judulnya "Cinta di akhir Seren Taun". Filmnya bergenre romance, melow juga sih, dan banyak cuplikan mengenai kebudayaan sunda seperti batik, dan especially Upacara seren taun. Thats so cool.  Setelah aku banyak cari tau dengan buka-buka mbah google dan tanya-tanya statement temen mengenai Upacara tersebut, saya makin menyukai budaya ini.

Upacara Seren Taun itu sendiri adalah upacara adat yang merupakan budaya asli masyarakat sunda. Upacara ini ditandai dengan ungkapan syukur dan do’a masyarakat sunda atas suka duka yang mereka alami terutama di bidang pertanian selama setahun yang telah berlalu dan tahun yang akan datang. Upacara ini berlangsung khidmat dan semarak di berbagai desa adat Sunda. Dan lagi upacara ini sagat ramai, dan diramaikan ribuan masyarakat di daerah adanya upacara, dan bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mancanegara. Kebudayaan ini merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan, dan juga dengan sesama mahluk atau alam baik lewat kegiatan kesenian, pendidikan, dan sosial budaya. Dalam http://id.wikipedia.org ,Beberapa desa adat Sunda yang menggelar Seren Taun tiap tahunnya adalah:

- Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
- Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar, Cisolok, Kabupaten Sukabumi
- Desa adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor
- Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten
- Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya

      Kebetulan yang dekat dengan kampung halaman saya adalah Desa Cigugur  Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Upacara adat ini dilaksanakan pada tanggal 18 Rayagung yang dilanjutkan dengan upacara penumbukan padi dan sebagai puncak acaranya pada tanggal 22 Rayagung. Saat hari pelaksanakan pastinya sangat sulit untu menghafalkan satu persatu urutan upacaranya, tetapi dijelaskan oleh http://www.disparbud.jabarprov.go.id sebagai berikut :
          Pada hari pelaksanaan, Anda akan melihat barisan peserta upacara yang berangkat bersama-sama dari sebuah lapangan terbuka ke depan Leuit Si Jimat. Barisan itu antara lain ujungan/gebotan, juru rajah, pembawa pare bapa dan pare indung, pemungut padi yang tercecer, pembawa rengkong, alat-alat lembur, dan kesenian tradisional yaitu toleat, dogdog lojor, jipeng, angklung gubrag, dan ujungan. Upacara ini dimulai dengan ‘ngukus’ (membakar kemenyan), kemudian ‘ngadiukeun pare’ (memasukkan padi ke leuit) yang dilakukan oleh Abah dan Ema Anom, pembantu utama Abah dan Istri, serta dua orang saksi. Sebuah upacara yang sangat menarik untuk dilewatkan begitu saja.

          Itulah mengenai Upacara Seren Taun, mudah-mudahan membanti research kalian ya dear :) untuk lebih legkapnya seperti etimologi, ritual, sejarah, dll. dapat anda lihat di http://id.wikipedia.org dan sumber lainnya.